Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin membongkar beberapa rahasia puasa di Bulan Ramadhan. Salah satunya adalah tentang derajat kualitas puasa. Al-Ghazali menjelaskan bahwa kualitas puasa kita bisa diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan. Pertama, puasa umum. Yakni, menjaga perut dan kemaluan dari pemenuhan atas syahwatnya. Menjaga perut artinya tidak makan dan minum. Menjaga kemaluan tentu saja dari aktivitas seksual. Hal ini dilakukan dari terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Puasa jenis pertama ini adalah kualitas umum atau standar minimum. Ketika seorang muslim mampu menunaikan puasa dengan baik dan menjaga dari segala hal yang membatalkan puasa, maka ia sudah memenuhi puasa grade standar ini. Kedua, puasa khusus. Kualitas puasa jenis ini lebih istimewa. Puasa jenis ini dilakukan dengan menjaga pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan segala anggota badan dari dosa dan maksiat. Kita tahu bahwa seluruh anggota tubuh tersebut seringkali melakukan
Lek Syapingi beserta anak, menantu, dan cucunya. Pulang dari makam Pekutan hari sudah lumayan gelap. Jalanan di kebun tambah gelap karena rindangnya pohon kelapa menutup sisa sinar matahari yang tersisa. Sampai di rumah Lek Syapingi saya langsung diajak salat Maghrib. Di halaman rumah banyak anak usia SD yang bermain. Ada beberapa yang sedang mengambil air wudhu di keran yang ada di samping rumah. Saya kira mereka adalah anak-anak dan keponakan Lek Syapingi. Tapi kok ada banyak? Ketika saya masuk ke ruang tamu, seorang anak mengumandangkan azan dan pujian. Lima menit kemudian ia mengumandangkan iqamat. Lek Syapingi meminta saya jadi imam, tapi saya menolak. "Sohibul bait lebih utama, Lek. Hehe..." * * * Seusai salat dan wiridan, beberapa anak mendaras al-Quran dan Juz Amma. Mereka sorogan kepada Lek Syapingi yang telaten menyimak dan mengoreksi bacaan. Rupanya di rumah ini ada anak-anak yang turut mengaji dan diajari oleh Lek Syapingi. Lek Syapingi bercerita, dulu